Jumat, 08 Juni 2012

mutiara kata Sayidina Ali kwh

Ilmu dan Harta

  1. Ilmu adalah warisan para Nabi, sedangkan harta warisan si Qorun.
  2. Ilmu akan menjagamu, sedangkan harta haruslah kau yang menjaganya.
  3. Pemilik ilmu punya banyak teman, sedangkan pemilik harta punya banyak musuh.
  4. Jika ilmu dipergunakan akan bertambah, sedangkan harta dipergunakan akan berkurang.
  5. Ilmu takkan pernah tercuri, sedangkan harta mudah dicuri.
  6. Pemilik ilmu akan selalu disebut mulia dan terhormat, sedangkan pemilik harta akan disebut pelit dan rakus.
  7. Ilmu itu abadi, sedangkan harta akan musnah.
  8. Ilmu akan menyinari hati, sedangkan harta akan mengeraskan hati.
  9. Pemilik ilmu akan diberi syafa’at di akhirat, sedangkan pemilik harta akan dihisab.
  10. Pemilik ilmu akan dimuliakan walaupun sedikit ilmunya, sedangkan pemilik harta disebut besar setelah banyak hartanya.
(Kata-Kata Hikmah Sayyidina Ali Karramallahu Wajhah)

Filosofi Lisan

  1. Lisan orang mukmin bermula dari belakang hatinya, sedangkan hati orang munafik bemula dari belakang lisannya.
  2. Tidaklah lurus iman seorang hamba sehingga lurus hatinya dan tidak akan lurus hatinya sehingga lurus lisannya.
  3. Demi Allah, tidaklah aku melihat seorang hamba bertaqwa dengan taqwa yang membawa manfaat baginya sehingga dia menyimpan lisannya.
  4. Sesungguhnya lisan ini senantiasa tidak mematuhi pemiliknya.
  5. Berbicaralah, niscaya kalian akan dikenal karena sesungguhnya seseorang tersembunyi di bawah lisannya.
  6. Ketenangan seseorang terdapat dalam pemeliharaannya terhadap lisannya.
  7. Lisanmu menuntutmu apa yang telah engkau biasakan padanya.
  8. Lisan laksana binatang buas, yang jika dilepaskan, niscaya ia akan menggigit.
  9. Jika lisan adalah alat untuk mengekspresikan apa yang muncul dalam pikiran, maka sudah seyogyanya engkau tidak menggunakan­nya dalam hal yang tidak ada dalam pikiran itu.
  10. Perkataan tetap berada dalam belenggumu selama engkau belum mengucapkannya. Jika engkau telah mengucapkan perkataan itu, maka engkaulah yang terbelenggu olehnya. Oleh karena itu, simpanlah lisanmu, sebagaimana engkau menyimpan emasmu dan perakmu. Ada kalanya perkataan itu mengandung kenikmatan, te­tapi ia membawa kepada bencana.
  11. Sedikit sekali lisan berlaku adil kepadamu, baik dalam hal menyebarkan keburukan maupun kebaikan.
  12. Timbanglah perkataanmu dengan perbuatanmu, dan sedikitkanlah ia dalam berbicara kecuali dalam kebaikan.
  13. Sesungguhnya ada kalanya diam lebih kuat daripada jawaban.
  14. Jika akal telah mencapai kesempurnaan, maka akan berkuranglah pembicaraannya.
  15. Apa yang terlewat darimu karena diammu lebih mudah bagimu untuk mendapatkannya daripada yang terlewat  darimu karena per­kataanmu.
  16. Sebaik-baik perkataan seseorang adalah apa yang perbuatannya membuktikannya.
  17. Jika ringkas (dalam perkataan) sudah mencukupi, maka memper­banyak (perkataan) menunjukkan ketidakmampuan mengutarakan sesuatu. Dan jika ringkas itu dirasa kurang, maka memperbanyak (perkataan) wajib dilakukan.
  18. Barangsiapa yang banyak bicaranya, maka banyak pula kesalahan­nya; barangsiapa yang banyak kesalahannya, maka sedikit malu­nya; barangsiapa yang sedikit malunya, maka sedikit wara’nya‘ (kehati-hatian dalam beragama); barangsiapa yang sedikit wara’nya, maka mati hatinya;  dan barangsiapa yang mati hatinya, maka dia akan masuk neraka.
(Sayyidina Ali KW.)

Ilmu dan Kebodohan

  1. Orang yang bodoh adalah yang menganggap dirinya tahu tentang makrifat ilmu yang sebenarnya tidak diketahuinya dan dia merasa cukup dengan pendapatnya saja.
  2. Orang yang alim mengetahui orang yang bodoh karena dia dahulunya adalah orang yang bodoh, sedangkan orang yang bodoh tidak mengetahui orang yang alim karena dia tidak pernah menjadi orang alim.
  3. Orang bodoh adalah kecil meskipun dia orang tua, sedangkan orang alim besar meskipun dia masih remaja.
  4. Allah tidak memerintahkan kepada orang bodoh untuk belajar sebelum Dia memerintahkan terlebih dahulu kepada orang alim untuk mengajar.
  5. Segala sesuatu menjadi mudah bagi dua macam orang : Orang alim yang mengetahui segala akibat dan orang bodoh yang tidak mengetahui apa yang sedang terjadi padanya.
  6. Ada dua orang yang membinasakanku : Orang bodoh yang ahli ibadah dan orang alim yang mengumbar nafsunya.
  7. Imam ‘Ali AS menjawab pertanyaan seorang yang bertanya kepadanya tentang kesulitan, dia berkata, “Bertanyalah engkau untuk dapat memahami dan janganlah engkau bertanya dengan keras kepala. Sebab, sesungguhnya orang bodoh yang terpelajar serupa dengan orang alim dan orang alim yang sewenang-wenang serupa dengan orang bodoh yang keras kepala.”
  8. Engkau tidaklah aman dari kejahatan orang bodoh yang dekat denganmu dalam kekerabatan dan ketetanggaan. Sebab, yang paling dikhawatirkan terbakar nyala api adalah yang paling dekat dengan api itu.
  9. Alangkah buruknya orang yang berwajah tampan, namun dia bodoh. Ia seperti rumah yang bagus bangunannya, tetapi penghuninya orang yang jahat, atau seperti taman yang penghuninya adalah burung hantu, atau kebun kurma yang penjaganya adalah serigala.
  10. Janganlah engkau berselisih dengan orang bodoh, janganlah engkau mengikuti orang pandir dan janganlah engkau memusuhi penguasa.
  11. Yang engkau lihat dari orang yang bodoh hanyalah dua hal : Melampaui batas atau boros.
  12. Sebodoh-bodoh orang adalah orang yang tersandung batu dua kali.
  13. Menetapkan hujjah terhadap orang bodoh adalah mudah, tetapi mengukuhkannya yang sulit.
  14. Tidak ada kebaikan dalam hal diam tentang suatu hukum, sebagaimana tidak ada kebaikan dalam hal berkata dengan kebodohan.
  15. Tidak ada penyakit yang lebih parah daripada kebodohan.
  16. Dan tidak ada kefakiran yang sebanding dengan kebodohan.
(Sayyidina Ali KW.)

Kebaikan Dalam Empat Perkara

Kebaikan itu semuanya terhimpun dalam empat perkara :
1. Percakapan
Tiap-tiap percakapan yang tidak disertai dengan mengingati Allah adalah sia-sia.
2. Diam
Tiap-tiap diam yang tidak disertai dengan memikirkan kebesaran Allah adalah leka.
3. Pandangan
Tiap-tiap pandangan yang tidak disertai dengan pengambilan iktibar adalah lalai.
4. Gerak
Tiap-tiap gerak yang tidak disertai dengan penghambaan adalah kosong.
Semoga ALLAH SWT merahmati hamba yang telah menjadikan percakapannya sebagai dzikir, diamnya sebagai tafakkur, pandangannya sebagai iktibar, dan geraknya sebagai penghambaan, dan daripada lisan serta tangannya manusia mendapat kesejahteraan.

(Kata-Kata Hikmah Sayyidina Ali Karramallahu Wajhah)



sumber: http://aziachmad.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar