Senin, 12 November 2012

Haidl dan istihadloh


Hukum-Hukum yang Berkaitan dengan Wanita Haidl


وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ وَلا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّى يَطْهُرْنَ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: “Haid itu adalah kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)
Menstruasi secara madis adalah periode rutin bulanan wanita yang berfungsi membersihkan rahim untuk mempersiapkan kehamilan yang potensial. Kini diketahui bahwa sel induk yang ditemukan dalam darah menstruasi bisa berpotensi untuk pengobatan stroke, penyakit alzheimer dan penyakit Lou Gehrig atau amyotrophic lateral sclerosis. Sedangkan Haidl ditinjau dari segi ilmu Fiqh adalah darah normal yang keluar dari dinding rahim pada saat-saat yang sudah maklum yang bukan disebabkan oleh penyakit atau terkena sesuatu.

HIKMAH HAIDL
Janganlah  sekali – kali berfikir kenapa perempuan harus Haidl?  karena Haid memiliki hikmah yang luar biasa. Di antara hikmah-hikmah haid, yaitu :
  • Penanda kesuburan dan normalnya sistem reproduksi Wanita (bila siklusnya teratur).
  • Haid membiasakan perempuan merawat organ dan menjaga kebersihan reproduksi.
  • Haid melatih kedisiplinan dalam mengatur waktu dan memanfaatkan momen.
  • Haid melatih kedewasaan suami, sebab ia menjadi bersabar dan berkesempatan memahami wanita yang sebenarnya.

MASA HAIDL :
Ketentuan batas minimal dan maksimalnya, permulaan dan berakhirnya merupakan perkara ijtihad. Yang mana pada umumnya Hukum-Hukum yang berkaitan dengan Haidl di ambil dari Istiqra`nya Imam Syafi`i. Yaitu minimal dalam usia 9 tahun Hijriyah/jawa (bukan masehi/umum). Untuk itu penting bagi para orang tua untuk mengingat tanggal lahir putrinya dengan tahun hijriyah / jawa bukan hanya tahun masehi / umum. Sedang masa paling sedikitnya Haidl adalah satu hari satu malam (24 jam), dan masa paling lama Haidl adalah 15 hari. Sedang masa paling sedikitnya suci (terputusnya darah) dari haidl adalah 15 hari sedang maksimalnya tidak terbatas oleh waktu . Demikian ini bukan berarti jika ada seseorang haidl dan terus menerus mengeluarkan darah hingga 1 bulan lamamya ia menghukumi 15 hari Haidl dan 15 hari Istihadloh. Namun seseorang harus memandang kuat atau lemahnya darah tersebut dan juga kebiasaannya. Adapun urutan sifat-sifat darah adalah sebagai berikut : Warna darah : Hitam, Merah, Merah kekuning-kuningan, Kuning dan Keruh. Darah hitam lebih kuat dari darah merah, darah merah lebih kuat dari darah merah kekuning-kuningan dst, dan darah itu ada yang kental dan adayang cair, darah kental lebih kuat daripada darah yang cair. begitu pula darah yang berbau lebih kuat dari yang tidak berbau. Sementara istihadhah adalah darah yang keluar dari wanita di luar masa haid.
Dalam masalah ini (antara haid dan istihadhah), para wanita ada yang memiliki kebiasaan masa haid (siklus normal), ada juga yang bisa membedakan warna darah (mana haid dan mana yang bukan), dan ada juga yang tidak tidak tahu (tidak punya kebiasaan dan tidak bisa membedakan).
Wanita yang memiliki masa (siklus) haid yang normal maka ia berpatokan kepada kebiasaannya tersebut. Dan yang bisa membedakan darah haid dan selainnya, maka ia berpatokan pada kemampuan itu. Sedangkan wanita yang tidak mempunyai kebiasaan yang jelas dan tidak pula mampu membedakan antara haid dan bukan, maka ia berpatokan pada kebiasaan haid wanita di tempatnya: 6 hari atau tujuh hari setiap bulan. Lalu ia bersuci dan sesudah itu ia berwudlu pada setiap shalat (Istihadloh).

YANG HARAM DILAKUKAN SAAT HAIDL
Bagi wanita yang mengalami haidl diharamkan shalat, berpuasa, thawaf di Ka’bah, menyentuh mushaf tanpa penghalang, Membaca Al-Qur`an Namun membaca AL-Qur`an ini hukumnya Khilaf Menurut Imam Syafi`i dalam Qoul Qodiomnya dan Imam Malik hukumnya adalah boleh. Dan berdiam di masjid karena di hawatirkan mengotorinya, dan dilarang untuk disetubuhi di kemaluannya. Karena darah haidl adalah darah kotor yang harus dikeluarkan untuk membersihkan rahim perempuan maka apabila seseorang berhubungan intim saat haidl akan mengakibatkan darah kotor yang seharusnya keluar, terdorong masuk dan berkumpul dengan sperma yang akan menjadi cikal-bakal janin, demikian ini mengakibatkan anak yang terlahir akan berbau seperti sifat darah (amis) dan kulitnya kering merekah karena panasnya darah.   Sedangkan bagi wanita beristihadhah, semua itu tidak dilarang.
Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Fathimah binti Hubaisy,
فَإِذَا أَقْبَلَتْ حَيْضَتُكِ فَدَعِي الصَّلَاةَ وَإِذَا أَدْبَرَتْ فَاغْسِلِي عَنْكِ الدَّمَ ثُمَّ صَلِّي
“Maka apabila datang haidmu, tinggalkan shalat. Dan apabila telah selesai, cucilah darah darimu (mandilah), lalu laksanakan shalat!.” (HR. Al-Bukhari).

KEWAJIBAN SETELAH HAIDL
Seorang Wanita yang Haidl meninggalkan Sholat hukumnya adalah Wajib, dan baginya tidak wajib di Qodlo`, Demikian ini dikarenakan kesulitan dalam menjaganya sedang islam adalah agama yang mudah الدين يسرbahkan meng-Qodlo` sholat yang ditinggalkan dalam masa Haidl itu adalah Makruh. Berbeda halnya dengan puasa. Puasa Haram untuk dilakukan saat Haidl   namun tetap wajib Qodlo` apabila suci demikian ini dikarenakan menjaga Qodlo` Puasa lebih ringan dari pada menjaga hitungan Qodlo` Sholat.
Dan ketika darah Haidl telah berhenti maka ia wajib mandi untuk suci, tanpa harus menunggu kebiasaan dia haidl . Misalnya ; kebiasaan haidlnya adalah 7 hari namun masih mendapat 4 hari ia sudah suci maka saat itu ia diwajibkan suci, sholat dan puasa tanpa harus menunggu 7 hari (kebiasaannya). Dan ia sudah diperbolehkan melakukan apa saja sebagaimana orang yang suci pada umumnya. Wallahu A`lam

haid
            Haid sudah tujuh hari tapi setelah itu tidak keluar lagi darah haidnya ada kehitaman di pembalut apakah itu masih di bilang haid atau boleh di sucikan?
Jawaban: Darah dikatakan haid tidak harus keluar ke permukaan farji, namun apabila kapas, pembalut atau semacamnya dimasukkan ke dalam farji akan menyisakan bekas darah baik merah, keruh atau hitam seperti anda tanyakan, maka wanita itu masih dihukumi haid. Sehingga dia tidak berkewajiban mandi kecuali apabila betul betul suci.
فتاوى كبرى للإمام إبن حجر الهيتمي 1/76
 ( وسئل ) – نفع الله بعلومه ومتع بحياته فيما إذا رأت المرأة الدم في باطن فرجها هل له حكم الحيض في طروه , ولا يحكم بانقطاعه إذا بقي بعد ظهوره في حد الباطن , وإنما الحكم لما وقع في حد الظاهر وما حد الباطن ؟ فإن قلتم : الحكم للظاهر , فأكثر النساء أو كلهن إذا رأين الدم في حد الظاهر ثم فتر وبقي في حد الباطن يحكمن بأنه كله حيض , وربما يفتى بذلك ولا شك أن الدم فترات فتارة يكون في حد الظاهر وتارة في حد الباطن بينوا ذلك كله بيانا شافيا يرخى فيه عنان العبارة مستوفى فيه لطائف الإشارة أثابكم الله الجنة بمنه وكرمه ؟( فأجاب ) رضي الله عنه بأن قضية كلام شرح المهذب أن الدم في باطن الفرج له حكم الحيض وعبارته قال أصحابنا : القولان في التلفيق ( هما فيما إذا كان النقاء زائدا على الفترات المعتادة بين دفعات الحيض , فأما الفترات فحيض بلا خلاف , ثم إن الجمهور لم يضبطوا الفرق بين حقيقتي الفترات والنقاء , وهو من المهمات التي تأكد الاعتناء بها , ويتأكد الاحتياج إليها , ويقع في الفتاوى كثيرا وقد رأيت ذلك ووجدت ضبطه في أشد مظانه وأحسنها وأكملها وأجودها فنص الشافعي رضي الله عنه في الأم في باب الرد على من قال : لا يكون الحيض أقل من ثلاثة أيام . والشيخ أبو حامد الإسفراييني وصاحبه القاضي أبو الطيب الطبري وصاحبه الشيخ أبو إسحاق مصنف الكتاب , أي المهذب في تعاليقهم على أن الفترة هي الحالة التي ينقطع فيها جريان الدم ويبقى لون خفيف بحيث لو أدخلت في فرجها قطنة لخرج عليها أثر الدم من حمرة أو صفرة أو كدرة فهي في هذه الحالة حيض قولا واحدا طال ذلك أو قصر , والنقاء هو أن يصير فرجها بحيث لو أدخلت القطنة فيه لخرجت بيضاء , فهذا ما ضبطه به الإمام الشافعي رضي الله عنه والشيوخ الثلاثة , ولا مزيد عليه في وضوحه وصحة معناه من الوثوق بقائله ا هـ .

Haidl Bawa Tafsir
       Mau tanya, bagaimana hukum pelajar perempuan bawa kitab tafsir ketika haid?
Jawaban: Hukum membawa tafsir dalam kondisi sedang haid diperinci sebagai berikut: Apabila total huruf-huruf tafsir lebih banyak dari total huruf-huruf Al-Qur’an (dengan mengacu pada khot Utsmani) maka hukumnya boleh meskipun dia hanya bermaksud membawa Al-Qur’an. Sedangkan apabila lebih sedikit atau sama maka hukumnya haram, begitu juga haram apabila diragukan menurut sebagian pendapat ulama.
Tentang tafsir Jalalain, seseorang dari negara Yaman telah meneliti dan menghasilkan bahwa huruf tafsirya lebih banyak dari huruf Al-Qur’an dengan hanya selisih dua huruf. Dengan demikian, maka membawa tafsir Jalalain bagi orang yang berhadats hukumnya boleh. namun yang lebih ihtiyath tidak membawanya kecuali dalam keadaan suci, sebab mungkin saja  terdapat dua atau tiga huruf yang lupa tidak ditulis oleh penulis atau salah cetak.
Referensi:
إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين 1/66-67  ألهداية
ولا مَع تفسيرٍ زادَ ولو احتمالاً.
قوله: ولا مع تفسير) أي ولا يحرم حمل المصحف مع تفسيره ولا مسه. قال البجيرمي نقلاً عن الشوبري : هل وإن قصد القرآن وحده؟ ظاهر إطلاقهم نعم. اهـ. وقوله: زاد أي على المصحف، يقيناً. أما إذا كان التفسير أقل، أو مساوياً أو مشكوكاً في قلته وكثرته، فلا يحل. وإنما لم يحرم المساوي والمشكوك في كثرته وقلته في باب الحرير لأنه أوسع باباً، بدليل أنه يحل للنساء وللرجال في بعض الأوقات. هذا ما جرى عليه م ر. وجرى ابن حجر على حله مع الشك في الأكثرية أو المساواة، وقال: لعدم تحقق المانع، وهو الاستواء. ومن ثم حل نظير ذلك في الضبة والحرير. وجرى شارحنا على قوله، فلذلك قال: ولو احتمالاً. وفي حاشية الكردي ما نصه: رأيت في فتاوى الجمال الرملي أنه سئل عن تفسير الجلالين، هل هو مساو للقرآن أو قرآنه أكثر؟ فأجاب بأن شخصاً من اليمن تتبع حروف القرآن والتفسير وعدَّهما، فوجدهما على السواء إلى سورة كذا، ومن أواخر القرآن فوجد التفسير أكثر حروفاً، فعلم أنه يحل حمله مع الحدث على هذا. اهـ. وقال بعضهم: الورع عدم حمل تفسير الجلالين، لأنه وإن كان زائداً بحرفين ربما غفل الكاتب عن كتابه حرفين أو أكثر. اهـ. وفي حاشية الكردي أيضاً، قال الشارح في حاشيته على فتح الجواد: ليس منه ـ أي التفسير ـ مصحف حشي من تفسير أو تفاسير، وإن ملئت حواشيه وأجنابه وما بين سطوره، لأنه لا يسمى تفسيراً بوجه بل اسم المصحف باق له مع ذلك. وغاية ما يقال مصحف محشي. اهـ.  (قوله محشي إلخ) في فتاوى الجمال الرملي أنه كالتفسير.
واعلم أن العبرة في الكثرة والقلة بالخط العثماني في المصحف وبقاعدة الخط في التفسير. والمنظور إليه جملة القرآن والتفسير في الحمل. وأما في المس فالمنظور إليه موضع وضع يده فإن كان فيه التفسير أكثر حل وإلا حرم

Darah Istihadloh
         Ada wanita bersuami, haid selama 15 hari, setelah suci dia suntik KB. 2 hari kemudian keluar darah lagi, apakah yag kedua dinamakan darah haid ?
Jawaban: Bukan, sebab masa pemisah kurang dari 15 hari dan darah kedua diluar rangkaian masa 15 hari dari permulan haidl pertama. Kecuali apabila jumlah masa suci pemisah (2 hari) ditambah darah kedua melebihi 15 hari, maka sebagian darah kedua dihukumi darah fasad (untuk menyempurnakan masa minimal suci pemisah) dan sisanya dihukumi haidl yang kedua bila memenuhi ketentuan haidl. Semisal apabila setelah 2 hari di atas, darah keluar terus selama 18 hari, maka  13 hari dari darah kedua adalah darah istihadloh  (sebagai penyempurna masa suci), sedangkan sisanya (4 hari) dihukumi haidl kedua bila memenuhi ketentuan-keteutannya.
Referensi:
فتح الوهاب بشرح منهج الطلاب
 (فصــل) إذا (رأت ولو حاملاً لا مع طلق دماً) ولو أصفر أو أكدر (لزمن حيض قدره). يوماً وليلة فأكثر (ولم يعبر) أي يجاوز  (أكثره فهو مع نقاء تخلله حيض) مبتدأة كانت أو معتادة. وخرج بزمن الحيض ما لو بقي عليها بقية طهر، كأن رأت ثلاثة أيام دماثم اثني عشر نقاء، ثم ثلاثة دماً ثم انقطع فالثلاثة الأخيرة دم فساد لا حيض. ذكره في المجموع
بغية المسترشدين 31  دار الفكر
(مسألة: ي): رأت دماً يصلح حيضاً بأن زاد على يوم وليلة ونقص عن خمسة عشر، ثم نقاء دون خمسة عشر، لكن لو اجتمع مع الدم زاد عليها ثم دماً، فالأول حيض، وما يكمل الطهر من العائد دم فساد، والزائد حيض بشرطه ما لم يجاوز أكثره، وإلا فتأخذ المبتدأة غير المميزة من أول الزائد يوماً وليلة، وتطهر تسعة وعشرين، والمعتادة عادتها حيضاً وطهراً اهـ. قلت: وعبارة أبي مخرمة من كانت تحيض في كل شهر خمسة أيام مثلاً، فحاضت في دور خمستها وطهرت أربعة عشر ثم عاد الدم واستمر، فالأصح أن يوماً من أول العائد استحاضة تكميلاً للطهر، وخمسة بعده حيض، وخمسة عشر طهر وهكذا ويصير دورها عشرين، وكالأربعة عشر ما دونها إلى العشرة، فما يكمل الخمسة عشر استحاضة، ثم خمسة حيض وخمسة عشر طهر، بخلاف ما لو نقص النقاء عن العشرة فليس بطهر، لأن الدم الذي بعده يجتمع مع الذي قبله حيضاً اهـ
Sumber  http://buletinalfikrah.wordpress.com


====================================================================
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
====================================================================

Antara haid dan istihadloh

Tanya (Mustaqim) : Istri saya punya masalah: 3 hari setelah nifas selesai suntik KB 3 bulanan, setelah 1 minggu keluar darah seperti haid selama 3 hari, setelah itu keluar darah segar seperti nifas selama 18 hari, setelah itu berhenti. 3 hari kebudian keluar bercak darah. tolong beri penjelasan mengenai permasalahan diatas mana yang termasuk haid dan yang bukan. Terima Kasih
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jawaban : Bapak Mustaqim yang kami hormati, Darah Haid, berdasarkan istiqro’ (Penelitian) Imam Syafi’i, maximal keluar selama lima belas hari, pada umumnya keluar hanya enam hari, dan minimal satu hari satu malam. Sedangkan Nifas (darah yang keluar paska melahirkan bayi), maximal keluar selama enam puluh hari, minimal satu percikan/bercak, dan rat-rata keluar selama empat puluh hari. Selain haid dan nifas ada juga darah Istihadlo. Yaitu, darah yang keluar pada waktu-waktu selain haid dan nifas.
Kiranya yang anda tanyakan adalah termasuk darah Istihadlo. Karena durasi darah yang keluar lebih dari lima belas hari. Sebab, darah yang keluar melebihi lima belas hari atau kurang dari satu hari satu malam bukan kategori darah haid. Darah yang anda keluarkan adalah darah istihadlo.
Darah istihadlo adalah darah yang disebabkan kelainan biologis seseorang. Darah ini termasuk darah penyakit. Orang yang mengeluarkan darah istihadlo, wajib mengerjakan semua amalan ibadah, seperti sholat, haji, dan puasa. Tidak sebagaimana wanita yang sedang haid. Orang yang datang masa haid (menstruasi) tidak wajib mengerjakan amalan ibadah, bahkan haram baginya mengerjakan amalan ibadah. Karena orang haid tidak memenuhi persyaratan dalam beribadah.
Apabila orang yang mengeluarkan darah Istihadlo hendak melakukan ibadah, maka wajib baginya (maaf) menyumbat (memasukkan) dengan kain atau kapas atau yang lainya sampai pada batas dalam kemaluan, yaitu sampai batas kemaluan yang terlihat pada saat duduk jongkok. Setelah itu wajib pula melapisinya dengan pembalut agar tidak bocor atau merembes ke permukaan kemaluan bagian luar. Dalam menyumbat tidak cukup hanya menggunakan pembalut biasa tanpa menyumbatnya dengan sesuatu ke dalam kemaluan (kapas dll), karena pembalut yang ada hanya sekedar membalut dan tidak bisa menyumbat darah sampai pada batas dalam. Semua prosesi diatas dilakukan sebelum berwudlu, kemudian setelah itu langsung mengerjakan ibadah, dan tidak boleh berlama-lama, karena wudlunya orang yang Istihadlo adalah wudlu yang bersifat dhorurot. (Abi Suja’ Vol; 15)

Mengenal darah istihadloh (1)
Istihadlah menurut bahasa artinya mengalir. Sedangkan menurut aspek syara’ adalah darah yang keluar dari kemaluan wanita yang tidak menetapi syarat-syaratnya haidl dan nifas. Wanita yang mengalami istihadloh dina-makan mustahadlah. Dilihat dari warna dan sifatnya darah, antara darah haidl dan isti-hadloh itu tidak jauh berbeda, di antara kedua banyak kesamaannya. Namun, jika dilihat dari sudut pandang hukum, terdapat perbedaan yang mencolok. Bagi wanita yang sedang mengeluarkan darah, jika berdasarkan warna, sifat, masa keluar, dan lain sebagainya diyakini sebagai darah haidl, maka pada saat itu ia wajib menjauhi hal-hal yang diharamkan bagi wanita haidl, meski pada akhirnya darah itu belum tentu darah haidl. Sebaliknya, apabila ber-dasarkan warna, sifat, masa keluar dan lain-lain diyakini sebagai darah istihadloh, maka dia tetap wajib menjalankan ibadah sebagaimana biasanya. Darah itu dihukumi istihadlah di antaranya jika ada salah satu kriteria berikut ini:
1. Darah yang keluar dari wanita yang belum mencapai umur 9 tahun Hijriyyah kurang 16 hari.
2. Darah yang masa keluarnya tidak mencapai 24 jam.
3. Darah yang masa keluarnya lebih dari 15 hari (15 malam).
4. Darah yang masa keluarnya lebih dari 60 hari (60 malam), khusus nifas.
5. Darah yang keluar pada saat akan melahirkan atau bersamaan dengan kelahirannya bayi, jika tidak bersam-bung dengan haidl sebelumnya.
Darah yang keluarnya lebih dari 15 hari (15 malam) itu dinamakan darah istihadloh. Namun, bukan berarti jika keluar darah lebih dari 15 hari, maka yang 15 hari (15 malam) haidl dan sisanya darah istihadloh, sebagaimana yang banyak dipahami oleh orang-orang pada masa kini. Pemahaman seperti itu jelas tidak berdasar dan hanya mencari mudahnya saja. Dalam menentukan status darah terdapat beberapa syarat dan ketentuan yang telah dijelaskan dalam kitab-kitab fiqh klasik. Selain itu untuk menentukan status darah haidl atau istihadlah dibutuhkan kemampuan untuk mengetahui tingkatan darah.
Warna dan Sifat Darah
Sebagai langkah awal untuk membedakan antara darah haidl dan darah istihadlah adalah memahami warna dan sifatnya darah haidl. Warna darah haidl itu ada 5 macam :
1. Hitam.
2. Merah.
3. Merah kekuning-kuningan (antara war-na merah dan kuning).
4. Kuning.
5. Keruh (antara warna kuning dan putih).
Sedangkan sifat-sifat darah haidl adalah:
1. Kental atau cair.
2. Berbau busuk (anyir) atau tidak berbau.
Darah yang keluar dari wanita yang mengalami istihadlah (mustahadlah) adakalanya terbagi menjadi 2 tingkatan, yaitu darah kuat (qowie) dan darah lemah (dlo’if). Dan adakalanya terbagi menjadi 3 tingkatan, yaitu darah kuat, darah lemah, dan darah lebih lemah (adl’af). Yang dimaksud dengan darah kuat adalah darah yang warna dan sifat kuat yang dimiliki lebih banyak dibanding dengan yang lain (darah lemah atau lebih lemah).
Ditinjau dari segi warnanya darah, darah warna hitam lebih kuat dari darah warna merah. Darah Merah lebih kuat dibanding merah kekuning- kuningan. Merah kekuning-kuningan lebih kuat disbanding kuning. Warna kuning lebih kuat dibanding warna keruh. Dan jika ditinjau dari sifatnya darah, sifat kental itu lebih kuat dari sifat cair, dan sifat berbau busuk itu lebih kuat dari sifat tidak berbau. Apabila darah pertama dan kedua sama kuatnya (memiliki warna atau sifat yang sama kuatnya), maka darah yang keluar terlebih dahulu yang dihukumi Haidl.Jika misalnya seorang wanita mengeluarkan darah yang masa keluarnya lebih dari 15 hari dan darah bisa dibedakan (antara kuat dan lemah) dan menetapi syarat- syaratnya, maka yang dihukumi darah haidl adalah darah kuat saja. Sedangkan darah lemah dihukumi sebagai darah istihadloh. Perhatikan contoh-contoh berikut:
1. Seorang wanita (baik pernah haidl maupun belum pernah) mengeluarkan darah sebagai berikut:
Darah warna hitam, kental, berbau. = 10 hr.
Darah warna merah, kental, berbau = 20 hr.
Maka 10 hari pertama hukumnya haidl, karena mempunyai sifat kuat lebih banyak (3 sifat) dibanding dengan darah setelahnya yang mempunyai 2 sifat kuat. Dan 20 hari selan-jutnya dihukumi darah istihadloh.
2. Seorang wanita (baik pernah menga-lami haidl maupun belum pernah) mengeluarkan darah sebagai berikut:
Darah warna kuning, cair, berbau .. = 10 hr.
Darah warna keruh, cair, berbau …. = 15 hr.
Maka 10 hari pertama hukumnya haidl, karena mempunyai sifat kuat lebih banyak (2 sifat) jika dibanding dengan darah setelahnya yang hanya mempunyai 1 sifat kuat. Dan 15 hari terakhir hukumnya istihadlah.
3. Seorang wanita (baik pernah menga-lami haidl maupun belum pernah) mengeluarkan darah sebagai berikut :
Hitam, kental, tidak berbau ………..= 10 hari
Merah, kental, berbau………………. = 15 hari
Meskipun keduanya memiliki kekuatan yang sama (sama-sama memiliki 2 sifat kuat), namun darah yang pertama yang keluar lebih dahulu yang dinamakan darah kuat, aka 10 hari pertama hukumnya darah haidl dan 15 hari selanjutnya hukumnya, istihadloh.
4. Seorang wanita (pernah mengalami haidl maupun belum pernah) menge-luarkan darah sebagai berikut:
Merah kekuning-kuningan, kental, tidak berbau…………………………………….. = 15 hari
Kuning, cair, berbau……….……= 15 hari
Maka 15 hari pertama hukumnya darah haidl (darah kuat) dan 15 hari selanjutnya hukumnya istihadloh (darah lemah).
Penggunaan istilah darah kuat, darah lemah dan darah lebih lemah itu hanya berlaku pada masalah istihadloh (darah yang lebih dari 15 hari 15 malam). Sedangkan bagi wanita yang tidak mengalami istihadloh (darah tidak lebih dari 15 hari 15 malam), maka tidak berlaku lagi istilah kuat, lemah atau lebih lemah, arena dalam kondisi seperti ini semua darah baik berwarna-warni dan beragam sifatnya itu semua dinamakan darah haidl.

Mengenal darah istihadloh (2) (juli 2007)
Jika ada seorang wanita mengeluarkan darah selama lebih dari 15 hari dan 15 malam, maka sebagaian darah dinamakan darah Istihadloh. Wanita yang mengeluarkan darah seperti ini ada tujuh macam:
1. Mustahadloh Mubtadi’ah Mumayyizah
Yaitu wanita yang baru pertama kalinya mengeluarkan darah Haidl dan darah tersebut keluar terus menerus sampai melebihi masa 15 hari/malam, serta dia dapat membedakan darahnya. Bila darahnya ada dua tingkatan, maka darah yang kuat disebut Haidl sedangkan yang lemah dinamakan Istihadloh, dengan syarat:
1. Darah kuat tidak kurang dari 24 jam (minimal Haidl).
2. Darah kuat tidak melebihi masa 15 hari/malam (maksimal Haidl).
3. Darah lemah tidak kurang 15 hari/malam, jika terletak di antara darah kuat.
4. Antara darah kuat dan lemah tidak silih berganti (selang-seling).
Contoh I:
Seorang wanita yang belum pernah Haidl mengeluarkan darah sebagai berikut:
1. Tanggal 1-7 (7 hari) mengeluarkan darah hitam, kental dan berbau (kuat).
2. Tanggal 8-30 (23 hari) mengeluarkan darah merah, kental dan berbau (lemah).
Yang dihukumi darah Haidl adalah darah yang kuat, yaitu tanggal 1-7. Sedangkan tanggal 8-30 disebut darah Istihadloh.
Contoh II:
Seorang wanita yang belum pernah Haidl mengeluarkan darah sebagai berikut:
1. Tanggal 1-15 (15 hari) mengeluarkan darah kuning, kental dan tidak berbau (lemah).
2. Tanggal 16-24 (9 hari) mengeluarkan darah merah, kental dan berbau (kuat).
Yang dihukumi darah Haidl adalah darah yang kuat, yaitu tanggal 16-24. Sedangkan tanggal 1-15 disebut darah Istihadloh.
Namun jika tidak menetapi salah satu dari empat syarat di atas, maka yang dihukumi darah Haidl adalah hanya sehari semalam (sama dengan hukumnya Mustahadloh Mubtadi’ah Ghairu Mumayyizah).
Contoh I:
Seorang wanita yang belum pernah Haidl mengeluarkan darah sebagai berikut:
1. Tanggal 1 selama 10 jam mengeluarkan darah hitam, kental dan berbau (kuat).
2. Tanggal 1 setelah 10 jam sampai tanggal 20 mengeluarkan darah merah, kental dan berbau (lemah).
Contoh II:
Seorang wanita yang belum pernah Haidl mengeluarkan darah sebagai berikut:
1. Tanggal 1-16 (16 hari) mengeluarkan darah hitam, kental dan berbau (kuat).
2. Tanggal 17-30 (14 hari) mengeluarkan darah merah, kental dan berbau (lemah).
Contoh III:
Seorang wanita yang belum pernah Haidl mengeluarkan darah sebagai berikut:
1. Tanggal 1-10 (10 hari) mengeluarkan darah hitam, kental dan berbau (kuat).
2. Tanggal 11-24 (14 hari) mengeluarkan darah merah, kental dan berbau (lemah).
3. Tanggal 25-30 (6 hari) mengeluarkan darah hitam, kental dan berbau (kuat).
Contoh IV:
Seorang wanita yang belum pernah Haidl mengeluarkan darah sebagai berikut:
1. Tanggal 1-7 mengeluarkan darah hitam, kental dan berbau (kuat).
2. Tanggal 8-13 mengeluarkan darah merah, kental dan berbau (lemah).
3. Tanggal 14-18 mengeluarkan darah hitam, kental dan berbau (kuat).
4. Tanggal 19-23 mengeluarkan darah merah, kental dan berbau (lemah).
5. Tanggal 24-28 mengeluarkan darah hitam, kental dan berbau (kuat).
6. Tanggal 29-30 mengeluarkan darah merah, kental dan berbau (lemah).
Keempat contoh di atas seluruhnya tidak menetapi syarat. Contoh yang pertama, darah kuat kurang dari 24 jam. Contoh yang kedua, darah kuat melebihi 15 hari. Contoh ketiga, darah yang lemah yang terletak di antara darah kuat kurang dari 15 hari. Contoh keempat, antara darah kuat dan lemah keluar secara selang-seling atau silih berganti. Maka secara keseluruhan, yang dihukumi Haidl dari keempat contoh tersebut adalah hanya sehari semalam, sedangkan sisanya dihukumi Istihadloh.
Darah Tiga Tingkatan
Apabila Mustahadloh Mubtadi’ah Mumayyizah mengeluarkan darah tiga tingkatan (kuat, lemah, dan lebih lemah), maka yang dihukumi Haidl adalah darah kuat dan lemah, sedangkan darah lebih lemah dinamakan Istihadloh, dengan syarat:
1. Darah kuat keluar terlebih dahulu.
2. Antara darah kuat dan lemah tidak terpisah oleh darah lebih lemah.
3. Jumlah antara darah kuat dan darah lemah tidak melebihi masa 15 hari/malam.
Contoh :
Seorang wanita yang belum pernah Haidl mengeluarkan darah sebagai berikut:
1. Tanggal 1-7 (7 hari) mengeluarkan darah hitam, kental dan berbau (kuat).
2. Tanggal 8-14 (7 hari) mengeluarkan darah merah, kental dan berbau (lemah).
3. Tanggal 15-25 (11 hari) mengeluarkan darah merah, cair dan tidak berbau (lebih lemah).
Yang dihukumi darah Haidl adalah darah yang kuat dan darah lemah, yaitu tanggal 1-14. Sedangkan tanggal 15-25 disebut darah Istihadloh. Namun jika tidak menetapi salah satu dari tiga syarat di atas, maka yang dihukumi darah Haidl adalah hanya darah yang kuat, sedangkan darah lemah dan lebih lemah disebut darah Istihadloh.
Contoh I:
Seorang wanita yang belum pernah Haidl mengeluarkan darah sebagai berikut:
1. Tanggal 1-7 (7 hari) mengeluarkan darah merah, kental dan berbau (lemah).
2. Tanggal 8-14 (7 hari) mengeluarkan darah hitam, kental dan berbau (kuat).
3. Tanggal 15-20 (6 hari) mengeluarkan darah kuning, kental dan berbau (lebih lemah).
Contoh II:
Seorang wanita yang belum pernah Haidl mengeluarkan darah sebagai berikut:
1. Tanggal 1-8 (8 hari) mengeluarkan darah hitam, kental dan berbau (kuat).
2. Tanggal 9-14 (7 hari) mengeluarkan darah kuning, kental dan berbau (lebih lemah).
3. Tanggal 15-23 (6 hari) mengeluarkan darah merah, kental dan berbau (lemah).
Contoh III:
Seorang wanita yang belum pernah Haidl mengeluarkan darah sebagai berikut:
1. Tanggal 1-5 (5 hari) mengeluarkan darah hitam, kental dan berbau (kuat).
2. Tanggal 6-16 (11 hari) mengeluarkan darah merah, kental dan berbau (lemah).
3. Tanggal 17-25 (9 hari) mengeluarkan darah kuning, kental dan berbau (lebih lemah).
Ketiga contoh di atas sama-sama tidak menetapi syarat. Contoh pertama, darah kuat tidak keluar pertama kali. Contoh kedua, antara darah kuat dan lemah dipisah darah lebih lemah. Contoh ketiga, jumlah darah kuat dan lemah melebihi 15 hari/malam. Maka secara keseluruhan dari ketiga contoh di atas yang dihukumi darah Haidl adalah darah yang kuat saja, sedangkan darah lemah dan lebih lemah dinamakan darah Istihadloh.
Mandi dan Qadla’ Shalat Bagi Mustahadloh Mubtadi’ah
Mumayyizah yang memenuhi syarat baik darahnya dua atau tiga tingkatan pada bulan pertama dia baru diwajibkan mandi jinabat setelah masa 15 hari/malam (terhitung mulai mengeluarkan darah), dan wajib mengqadla’ sholat yang ditinggalkan pada hari-hari yang dihukumi Istihadloh. Sedangkan pada bulan kedua dan seterusnya dia harus mandi ketika darah Haidl telah berubah menjadi darah Istihadloh. Baru diwajibkannya mandi pada tanggal 16 (bulan pertama) karena dimungkinkan darahnya berhenti sebelum 15 hari/malam, sebab jika demikian maka semua darah dihukumi darah Haidl. Ketentuan seperti ini tidak hanya berlaku bagi Mustahadloh Mubtadi’ah Mumayyizah saja tapi juga berlaku untuk yang lainnya.
Contoh:
Wanita yang belum pernah Haidl mengeluarkan darah sebagai berikut:
1. Bulan pertama, mengeluarkan darah kuat tanggal 1-10, lalu mengeluarkan darah lemah tanggal 11-30.
2. Bulan kedua, mengeluarkan darah kuat tanggal 1-10, lalu mengeluarkan darah lemah tanggal 11-30. Pada bulan pertama, dia wajib mandi tanggal 16 lalu melakukan shalat dan puasa sebagaimana biasa, dan mengqadla’ shalat selama 5 hari (tanggal 11-15). Pada bulan kedua, dia wajib mandi tanggal 11 lalu melakukan shalat dan puasa sebagaimana biasa, dan dia tidak diwajibkan qadla’ shalat.
2. Mustahadloh Mubtadi’ah Ghairu Mumayyizah
Yaitu wanita yang baru pertama kali Haidl dan darah tersebut keluar terus menerus sampai melebihi masa 15 hari/malam, tapi dia tidak bisa membedakan darahnya (warna dan sifatnya sama) atau dapat membedakannya tapi tidak memenuhi syarat. Apabila wanita ini ingat waktu mulainya mengeluarkan darah, maka Haidlnya adalah sehari semalam, dan 29 hari setelahnya dihukumi suci atau Istihadloh (berlaku setiap bulan). Akan tetapi jika dia lupa waktu mulainya mengeluarkan darah, maka dia dihukumi Mustahadhoh Mutahayyiroh yang insya-Allah akan dijelaskan dengan detail pada saat pembahasannya nanti.
Contoh:
Seorang wanita yang baru pertama kali Haidl mengeluarkan darah yang tidak bisa dibedakan warna dan sifatnya selama 30 hari/malam. Yang dihukumi Haidl adalah tanggal 1 saja (sehari semalam), sedangkan sisanya (29 hari/malam) dinamakan darah Istihadloh. Namun wanita ini pada bulan pertama harus mandi pada tanggal 16 dan mengqadla’ shalat selama 14 hari. Adapun pada bulan kedua dan seterusnya dia wajib mandi pada tanggal 2 dan tidak mempunyai hutang shalat.
3. Mustahadloh Mu’tadah Mumayyizah
Yaitu wanita yang sudah pernah Haidl, lalu dia mengeluarkan darah terus menerus sampai melebihi 15 hari/malam dan dia bisa membedakan darahnya. Hukum Mustahadloh Mu’tadah Mumayyizah itu sama dengan Mustahadloh Mubtadi’ah Mumayyizah, yaitu yang dinamakan Haidl adalah darah kuat meskipun tidak sama jumlahnya dengan kebiasaannya (‘adah), kecuali jika memang antara kebiasaan dan darah kuat itu terdapat jarak minimal 15 hari/malam, maka darah lemah sejumlah kebiasaan Haidl dinamakan darah Haidl, dan darah kuat juga disebut Haidl.
Contoh 1:
Seorang wanita yang mempunyai kebiasaan haidl 5 hari/malam
mengeluarkan darah hitam, kental dan berbau mulai tanggal 1-10 (10 hari), lalu setelahnya mengeluarkan darah merah, kental dan berbau dari tanggal 11-30. Pada bulan berikutnya dia juga mengeluarkan darah yang sama. Yang dinamakan Haidl adalah darah yang kuat (tanggal 1-10), sedangkan tanggal 11-30 disebut Istihadloh. Wanita ini pada bulan pertama baru diwajibkan mandi pada tanggal 16 dan wajib pula mengqadla shalat selama 5 hari. Pada bulan kedua dia mandi pada tanggal 11 dan dia tidak mempunyai hutang shalat sama sekali.
Contoh 2:
Seorang wanita yang mempunyai kebiasaan haidl 5 hari/malam mengeluarkan darah merah, kental dan berbau mulai tanggal 1-20 (20 hari), lalu setelahnya mengeluarkan darah hitam, kental dan berbau dari tanggal 21-25, kamudian mengeluarkan darah merah, kental dan berbau dari tanggal 26-30. Pada bulan berikutnya dia juga mengeluarkan darah yang sama. Yang dinamakan Haidl adalah darah lemah (tanggal 1-5) yang sesuai dengan jumlah kebiasaan, dan darah yang kuat (tanggal 21-25), sedangkan tanggal 6-20 dan 26 -30 disebut Istihadloh. Wanita ini pada bulan pertama baru diwajibkan mandi pada tanggal 16 dan wajib pula mengqadla shalat selama 10 hari, dan mandi lagi tanggal 26. Pada bulan kedua dia mandi pada tanggal 6 dan tanggal 26, serta dia tidak mempunyai hutang shalat sama sekali.
Adapun Mustahadloh Mu’tadah Mumayyizah yang tidak memenuhi syarat sebagaimana syarat-syaratnya Mustahadloh Mubtadi’ah Mumayyizah yang dijelaskan di atas, maka dia dihukumi seperti halnya Mu’tadah Ghairu Mumayyizah, yaitu yang dihukumi Haidl adalah darah yang sesuai dengan jumlah kebiasaannya.
Contoh:
Seorang wanita yang mempunyai kebiasaan haidl 5 hari/malam mengeluarkan darah hitam, kental dan berbau mulai tanggal 1-20 (20 hari), lalu setelahnya mengeluarkan darah merah, kental dan berbau dari tanggal 21-30. Pada bulan berikutnya dia juga mengeluarkan darah yang sama. Yang dinamakan Haidl adalah darah yang keluar pada tanggal 1-5 sesuai dengan kebiasaannya. Sedangkan tanggal 6-30 disebut Istihadloh. Wanita ini pada bulan pertama baru diwajibkan mandi pada tanggal 16 dan wajib pula mengqadla shalat selama 10 hari. Pada bulan kedua dia mandi pada tanggal 6 dan dia tidak mempunyai hutang shalat sama sekali.

sumber : http://langitan.net