Secuil Keju
Abu Yazid Al-Busthami sejak kecil taat kepada
Allah dan suka berbuat kebajikan. Kedua orang tuanya selalu menjaga diri untuk
tidak makan kecuali yang halal. Abu Yazid, sejak dalam kandungan sampai disapih
dari air susu ibunya, tidak pernah berkenalan dengan barang syubhat,
apalagi haram. Pada tahap awal iradah (keinginan) nya, jika
mendengar suatu kebaikan, beliau mudah lupa.
”Apakah ibu ingat pernah memakan sesuatu yang
haram atau syubhat ketika mengandung atau menyusuiku, sebab jika
mendengar kebaikan aku mudah lupa?” tanya Abu Yazid kepada ibunya.
”Anakku, suatu hari ketika sedang mengandung atau
menyusuimu, aku melihat sepotong keju tergeletak di tempat fulan. Saat itu aku
sedang mengidam dan benar-benar menginginkan keju itu. Lalu kuambil secuil dan
kumakan tanpa sepengetahuan pemiliknya.”
Mendengar jawaban ibunya, Abu Yazid segera
mengunjungi pemilik keju itu. ”Wahai fulan, dahulu ketika ibuku mengandung dan
menyusuiku, ia memakan secuil kejumu. Sekarang aku mohon agar engkau sudi
memaafkannya, atau engkau tetapkan berapa harga secuil keju itu, biar aku membayarnya,”
kata Abu Yazid setelah bertemu pemilik keju.
”Ibumu telah kumaafkan dan apa yang ia makan
telah kuhalalkan,” kata pemilik keju. Sejak saat itu, Abu Yazid tak pernah lupa
bila mendengar kebaikan. Anggota tubuhnya semakin ringan untuk berbuat kebajikan.