Selasa, 13 November 2012

Pemain hoki Inggris , Darren Cheesman


Darren Cheesman, Hidayah Untuk Pemain Hoki Inggris


Dengan jari telunjuk kanan menunjuk ke arah langit, pekikan kalimat Allahu Akbar yang berarti Allah Maha Besar meluncur dari bibir Darren Cheesman. Bukan acungan jari telunjuk kanan yang menjadi semangat, melainkan sepenggal kalimat yang keluar dari mulut Darren menyambut perayaan kemenangan tim nasional hoki Inggris usia 21 (U-21) dalam ajang Olimpiade Junior 2007 di Sydney, Australia.
Tentu saja, kemenangan itu bagi Darren terasa menyenangkan. Selain menjadi ajang perpisahannya dengan dunia olahraga hoki yang selama ini telah membesarkan namanya, perayaan tersebut juga menjadi awal langkahnya menuju kehidupan baru. Sebuah kehidupan baru yang dilakoninya dalam delapan bulan terakhir.
Ya, dia adalah seorang mualaf. Sebagaimana dilansir laman muslimnews.co.uk, sejak memutuskan memeluk Islam pada awal 2007, sikap Darren di lapangan serta gaya hidupnya berubah drastis. Perubahan itu pula yan membuat semua prioritas dalam kehidupannya berubah.
Jika dahulu, karier sebagai pemain hoki menjadi prioritas utama dalam kehidupan Darren, kini tidak lagi. Ia menyadari betul bahwa dunia hoki internasional bukanlah gaya hidup yang paling cocok untuknya. “Saya ingin belajar lebih banyak tentang agama dan saya perlu waktu untuk melakukannya,” ujar Darren mengutarakan alasannya untuk pensiun dari dunia hoki profesional.
Para penggemar hoki di Inggris mungkin tidak akan lagi melihat aksi memukau Darren di lapangan. Yang ada di hadapan Anda saat ini adalah seorang pria kantoran dengan kemeja dan dasi melekat di tubuhnya. Pria kelahiran Hackney, London, 23 Februari 1986, ini memutuskan berhenti menjadi atlet hoki profesional dan lebih memilih berkarier sebagai account senior manager pada sebuah perusahaan penjualan ternama d Inggris. Padahal, usianya saat itu masih terbilang muda, yakni 21 tahun.
Dunia olahraga hoki baru ditekuni Darren saat usianya menginjak 11 tahun. Saat itu, Arsenal’s Sporting Community tengah menyelenggarakan program pencarian bakat dalam bidang olahraga. Bukan kepada olahraga sepakbola, namun hatinya justru tertambat pada olahraga hoki. Akhirnya, ia pun dikirim ke sebuah klub hoki untuk mengikuti program pelatihan selepas pulang sekolah.
Kepiawaian dalam bermain hoki membuat Darren diminta bergabung dalam tim hoki Kota Islington, di bawah asuhan Freddie Hudson, seseorang yang akan memainkan peran dalam kehidupan Darren. “Dia sudah seperti ayah bagi saya. Ia menggantikan sosok ayah yang tidak pernah ada di samping saya, ibu, dan adik saya,” ungkap Darren mengenai sosok Hudson.
Pada usia 16, Darren memulai karier profesionalnya sebagai pemain hoki dengan bergabung ke salah satu klub Divisi 1 Liga Nasional Inggris, Old Loughtonians Hockey Club, dengan menempati posisi sebagai gelandang. Karier yang cemerlang di Old Loughtonians Hockey Club membuatnya dilirik oleh salah satu klub Liga Utama Hoki Inggris, East Grinstead Hockey Club. Saat memperkuat East Grinstead Hockey Club ini, Darren terpilih sebagai Premier League Player of the Year pada 2004.
Hijrah ke Belanda Prestasi gemilang yang diraihnya ini membuat klub elite hoki asal Belanda, Oranje Zwart, meminangnya. Ia menghabiskan setahun bermain di sana. “Ini merupakan suatu kehormatan bagi saya bermain untuk Oranje Zwart. Beberapa pemain terbaik telah bermain di sana, termasuk pemain terbaik di dunia,” ujarnya. Saat bermain untuk Oranje Zwart inilah, ia berkenalan dengan Shahbaz Ahmed, legenda hoki Pakistan. Di dunia olahraga hoki, keandalan Shahbaz dalam menggiring bola tidak lagi diragukan.
Sepanjang kariernya, Shahbaz telah menerima berbagai penghargaan bergengsi dunia. Karena itu, tak mengherankan jika sosok atlet hoki berdarah Pakistan ini menjadi salah satu inspirator dalam kehidupan Darren.
“Anak-anak bermain sepak bola di taman bermain sambil berpura-pura seakan menjadi pemain sepak bola favorit mereka. Sementara itu, saya dan teman-teman berpura-pura menjadi Shahbaz dan itu masih kami lakukan,” kata Darren. Ketika memperkuat Oranje Zwart, Darren banyak berhubungan dengan teman-teman satu klubnya yang datang dari latar belakang dan budaya yang berbeda. Tidak mudah bagi Darren untuk bisa berbaur dengan mereka.
Justru di tengah-tengah perbedaan tersebut, ia menemukan perasaan damai dan bersahabat jika berbaur dengan teman-teman Muslimnya. Dan, sejak saat itu, ia mulai tertarik dan banyak bertanya mengenai Islam kepada rekan timnya. Keputusannya untuk memeluk Islam justru datang menjelang akhir karier Darren di dunia hoki internasional.
Selepas memperkuat tim nasional Inggris pada ajang Olimpiade Junior 2007 di Sydney, ia memutuskan untuk pensiun. “Saya sudah tertarik dengan Islam selama tiga tahun terakhir karena orang-orang di sekitar saya. Islam menjawab pertanyaan yang saya miliki dalam hidup saya dan juga pertanyaan yang belum ada di sana. Rasanya, saya telah menemukan jawaban atas segalanya dan saya tahu bahwa itu adalah kebenaran.”
Sebagai seorang Muslim, ia mengakui meneladani perilaku Nabi Muhammad SAW. “Saya mencoba untuk mengikuti apa yang dicontohkan Nabi Muhammad. Dia tidak pernah sedikit pun membalas orang-orang yang telah menyakitinya. Saya mencoba untuk mengikuti contoh itu dan tetap tenang di lapangan,” ujarnya.
Darren mengakui, agama Islam memberikan pengaruh besar dalam kehidupannya. Jika dahulu mudah tersinggung dengan ucapan lawan bicara, kini ia dengan sopan menyambut kritikan dan sindiran yang dialamatkan padanya.
“Saya jauh menjadi lebih tenang. Sebelumnya, ketika seseorang terus melakukan hal buruk, saya benar-benar panas dan marah. Termasuk, ketika saya harus berhadapan dengan pemain dari tim lawan,” tambah Darren. Baginya, Islam adalah agama yang senantiasa mengajarkan kedamaian dan persahabatan. Karena itu, tidak boleh ada yang merusaknya. [nidia zuraya/syahruddin]


Sumber : http://kisahmuallaf.wordpress.com