Darren Cheesman, Hidayah Untuk Pemain Hoki Inggris
Dengan jari telunjuk kanan menunjuk ke arah
langit, pekikan kalimat Allahu Akbar yang berarti Allah Maha Besar meluncur
dari bibir Darren Cheesman. Bukan acungan jari telunjuk kanan yang menjadi
semangat, melainkan sepenggal kalimat yang keluar dari mulut Darren menyambut
perayaan kemenangan tim nasional hoki Inggris usia 21 (U-21) dalam
ajang Olimpiade Junior 2007 di Sydney, Australia.
Tentu saja, kemenangan itu bagi Darren terasa
menyenangkan. Selain menjadi ajang perpisahannya dengan dunia olahraga hoki yang
selama ini telah membesarkan namanya, perayaan tersebut juga menjadi awal
langkahnya menuju kehidupan baru. Sebuah kehidupan baru yang dilakoninya dalam
delapan bulan terakhir.
Ya, dia adalah seorang mualaf. Sebagaimana
dilansir laman muslimnews.co.uk, sejak memutuskan memeluk Islam pada awal 2007,
sikap Darren di lapangan serta gaya hidupnya berubah drastis. Perubahan itu
pula yan membuat semua prioritas dalam kehidupannya berubah.
Jika dahulu, karier sebagai pemain hoki menjadi
prioritas utama dalam kehidupan Darren, kini tidak lagi. Ia menyadari betul
bahwa dunia hoki internasional bukanlah gaya hidup yang paling cocok untuknya.
“Saya ingin belajar lebih banyak tentang agama dan saya perlu waktu untuk
melakukannya,” ujar Darren mengutarakan alasannya untuk pensiun dari dunia hoki
profesional.
Para penggemar hoki di Inggris mungkin tidak akan
lagi melihat aksi memukau Darren di lapangan. Yang ada di hadapan Anda saat ini
adalah seorang pria kantoran dengan kemeja dan dasi melekat di tubuhnya. Pria
kelahiran Hackney, London, 23 Februari 1986, ini memutuskan berhenti menjadi
atlet hoki profesional dan lebih memilih berkarier sebagai account senior
manager pada sebuah perusahaan penjualan ternama d Inggris. Padahal, usianya
saat itu masih terbilang muda, yakni 21 tahun.
Dunia olahraga hoki baru ditekuni Darren saat
usianya menginjak 11 tahun. Saat itu, Arsenal’s Sporting Community
tengah menyelenggarakan program pencarian bakat dalam bidang olahraga. Bukan
kepada olahraga sepakbola, namun hatinya justru tertambat pada olahraga hoki.
Akhirnya, ia pun dikirim ke sebuah klub hoki untuk mengikuti program pelatihan
selepas pulang sekolah.
Kepiawaian dalam bermain hoki membuat Darren
diminta bergabung dalam tim hoki Kota Islington, di bawah asuhan Freddie
Hudson, seseorang yang akan memainkan peran dalam kehidupan Darren. “Dia sudah
seperti ayah bagi saya. Ia menggantikan sosok ayah yang tidak pernah ada di
samping saya, ibu, dan adik saya,” ungkap Darren mengenai sosok Hudson.
Pada usia 16, Darren memulai karier profesionalnya
sebagai pemain hoki dengan bergabung ke salah satu klub Divisi 1 Liga Nasional
Inggris, Old Loughtonians Hockey Club, dengan menempati posisi sebagai
gelandang. Karier yang cemerlang di Old Loughtonians Hockey Club membuatnya
dilirik oleh salah satu klub Liga Utama Hoki Inggris, East Grinstead Hockey
Club. Saat memperkuat East Grinstead Hockey Club ini, Darren terpilih sebagai
Premier League Player of the Year pada 2004.
Hijrah ke Belanda Prestasi gemilang yang
diraihnya ini membuat klub elite hoki asal Belanda, Oranje Zwart, meminangnya.
Ia menghabiskan setahun bermain di sana. “Ini merupakan suatu kehormatan bagi
saya bermain untuk Oranje Zwart. Beberapa pemain terbaik telah bermain di sana,
termasuk pemain terbaik di dunia,” ujarnya. Saat bermain untuk Oranje Zwart
inilah, ia berkenalan dengan Shahbaz Ahmed, legenda hoki Pakistan. Di
dunia olahraga hoki, keandalan Shahbaz dalam menggiring bola tidak lagi
diragukan.
Sepanjang kariernya, Shahbaz telah menerima
berbagai penghargaan bergengsi dunia. Karena itu, tak mengherankan jika sosok
atlet hoki berdarah Pakistan ini menjadi salah satu inspirator dalam kehidupan
Darren.
“Anak-anak bermain sepak bola di taman bermain
sambil berpura-pura seakan menjadi pemain sepak bola favorit mereka. Sementara itu,
saya dan teman-teman berpura-pura menjadi Shahbaz dan itu masih kami lakukan,”
kata Darren. Ketika memperkuat Oranje Zwart, Darren banyak berhubungan dengan
teman-teman satu klubnya yang datang dari latar belakang dan budaya yang
berbeda. Tidak mudah bagi Darren untuk bisa berbaur dengan mereka.
Justru di tengah-tengah perbedaan tersebut, ia
menemukan perasaan damai dan bersahabat jika berbaur dengan teman-teman
Muslimnya. Dan, sejak saat itu, ia mulai tertarik dan banyak bertanya mengenai
Islam kepada rekan timnya. Keputusannya untuk memeluk Islam justru datang
menjelang akhir karier Darren di dunia hoki internasional.
Selepas memperkuat tim nasional Inggris pada
ajang Olimpiade Junior 2007 di Sydney, ia memutuskan untuk pensiun. “Saya sudah
tertarik dengan Islam selama tiga tahun terakhir karena orang-orang di sekitar
saya. Islam menjawab pertanyaan yang saya miliki dalam hidup saya dan juga
pertanyaan yang belum ada di sana. Rasanya, saya telah menemukan jawaban atas
segalanya dan saya tahu bahwa itu adalah kebenaran.”
Sebagai seorang Muslim, ia mengakui meneladani
perilaku Nabi Muhammad SAW. “Saya mencoba untuk mengikuti apa yang dicontohkan
Nabi Muhammad. Dia tidak pernah sedikit pun membalas orang-orang yang telah
menyakitinya. Saya mencoba untuk mengikuti contoh itu dan tetap tenang di
lapangan,” ujarnya.
Darren mengakui, agama Islam memberikan pengaruh
besar dalam kehidupannya. Jika dahulu mudah tersinggung dengan ucapan lawan
bicara, kini ia dengan sopan menyambut kritikan dan sindiran yang dialamatkan
padanya.
“Saya jauh menjadi lebih tenang. Sebelumnya,
ketika seseorang terus melakukan hal buruk, saya benar-benar panas dan marah.
Termasuk, ketika saya harus berhadapan dengan pemain dari tim lawan,” tambah
Darren. Baginya, Islam adalah agama yang senantiasa mengajarkan kedamaian dan
persahabatan. Karena itu, tidak boleh ada yang merusaknya. [nidia
zuraya/syahruddin]