Senin, 12 November 2012

kesesatan sekte Ahmadiyah


KESESATAN SEKTE AHMADIYAH

Baru-baru ini kaum muslimin Indonesia digegerkan dengan kelompok Ahmadiyah. Siapakah mereka?
Sejarah berdirinya Ahmadiyah, tidak  terlepas  dari  sejarah Mirza  Ghulam  Ahmad  sendiri sebagai pendiri aliran ini yang sangat sangat erat kaitannya dengan kepentingan penjajah Inggris di India pada saat itu. Sosok Mirza Ghulam Ahmad ternyata memang menjadi hamba pemerintah Inggris. Hal ini bisa dibuktikan dari tulisan-tulisannya yang menunjukkan kesetiaan, ketundukan serta penyerahan diri totalnya kepada sang penjajah.
Kelompok Ahmadiyah didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad (Qadian, India 1839 M.-1908 M.). Pada tanggal 10-16 April 1974, Konferensi Organisasi Islam Sedunia, dibawah anjuran Rabithah al-Alam al-Islami menyatakan aliran Ahmadiyah keluar dari Islam. Pada April 1984, Presiden Pakistan Muhammad Zia’ul Haq mengundang-undangkan peraturan yang menetapkan peribadatan Ahmadiyah sebagai perbuatan yang dapat dihukum, kaum Ahmadiyah dilarang menyebut tempat ibadah mereka sebagai masjid, dilarang menyebarluaskan ajarannya. Mereka yang melanggar diancam hukuman penjara minimal tiga tahun.
Sementara majelis ulama indonesia (MUI) dalam Musyawarah Nasional ke II tanggal 26 Mei–1juni 1980 di Jakarta, menetapkan bahwa Ahmadiyah telah keluar dari Islam. Pada tanggal 28 juli 2005, ketetapan Majelis Ulama Indonesia ini dikukuhkan kembali pada Musyawarah Nasional VIII  di Jakarta. Pada tanggal 20 September 1984 Departemen Agama mengeluarkan surat edaran kepada kantor-kantor wilayah Departemen Agama, khususnya kepala bidang penerangan agama Islam di seluruh Indonesia, yang antara lain menyatakan aliran Ahmadiyah sesat dan keluar dari Islam.
Sikap umat seluruh dunia ini tidak terlepas dari kesesatan yang terang dan nyata dari ajaran Ahmadiyah. Yang paling utama adalah pengakuan Mirza Ghulam Ahmad pendiri Ahmadiyah sebagai nabi. Pengakuan nabi ini terjadi pada tanggal 4 maret 1889, mirza Ghulam Ahmad mengumumkan bahwa dirinya sebagai al-mahdi.
Pengakuannya ini  tertulis dalam kitab al-istifta’(kumpulan ftawa Mirza Ghulam Ahmad) hal 4: ”Aku diberi wahyu oleh tuhanku dan dia berfirman: Aku memilih engkau dan mengutamakan engkau, maka katakanlah: aku ini diperintah dan aku pertama-tama beriman”.
Kelompok Ahmadiyah memiliki kitab suci yang berbeda dengan kaum muslim, yaitu kitab tadzkiroh. Kitab ini dipercaya memuat wahyu dari Allah yang diterima oleh Mirza Ghulam Ahmad. Pada halaman 369 ditulis:
اِنَّا اَنْزَلْنَاهُ قَرِيْبًا مِنَ الْقَادِيَانْ  
“Sesungguhnya kami turunkan kitab ini (tadzkiroh) di tempat dekat Qodiyan”.
Dalam kitab ini, banyak memuat kalimat-kalimat yang meneguhkan kenabian Mirza Ghulam Ahmad, misalnya pada halaman 493 ditulis:
يَا اَحْمَدُ جَعَلْتُ مُرْسَلاً.
“Hai Ahmad, telah aku jadikan engkau sebagai Rasul”.
Pada halaman 192 ditulis:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى اَذْهَبَ عَنِّى الْحَزَنَ وَاَتَانِى مَالَمْ يُؤْتَ اَحَدٌ مِنَ الْعَالَمِيْنْ.
“Segala puji bagi Allah yang telah menghilangakan dariku kesusahan dan telah memberi apa yang tidaka diberikan kepada seorangpun di dunia ini”.
Dalam kitab ini juga terdapat beberapa kalimat yang disisipkan diantara ayat-ayat al-Qur’an, seolah-olah bagian dari ayat al-Qu’ran. Misalnya pada halam 51 ditulis:
يَأَيُّهَا الْمُدَثِّرْ قُمْ فَأَنْذِرْ وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ ” يَا أَحْمَدُ يَتِمُّ اِسْمُكَ وَلَا يَتِمُّ اِسْمِىْ”.
“Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan!, dan tuhanmu agungkanlah!. Hai Ahmad, namamu telah sempurna dan namaku belum sempurna”.
Pada halaman 192:
ثُلَّةٌ مِنَ الْأَوَّلِيْنَ وَثُلُّةٌ مِنَ الْأَخِرِيْنَ” وَهَذَا تَذْكِرَةٌ فَمَنْ شَاءَ اتَّخَذَ اِلَى رَبِّهِ سُبُلاً”
”Golongan besar dari orang-orang yang terdahulu. Dan golongan besar pula dari orang-orang yang kemudian. Dan inilah kitab Tadzkiroh, maka barang siapa yang mau silahkan ambil untuk jalan menuju tuhannya”.
Dalam kitab Tadzkiroh juga disebutkan, bahwa selain pengikut Ahmadiyah adalah kafir, musuh yang harus diperangi, misalnya pada halaman 63:
كَذَبَ عَلَيْكُمُ الْخَبِيْثُ كَذَبَ عَلَيْكُمُ الْخِيْزِيْرُ
“Mereka yang mendustakan kalian adalah najis. Mereka yang mendustakan kalian adalah babi”.
Pada halaman 738:
اَنْتَ اِمَامٌ مُبَارَكٌ لَعْنَةُ اللهِ عَلَى مَنْ كَفَرَ اِنِّى مَعَكَ فِى السِّمِاءِ وَالْاَرْضِ اِنِّى مَعَكَ فِى الدُّنْيَا وَالْاَخِرَةِ اَنَّ اللهَ مَعَ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا وَالَّذِيْنَ هُمْ مُحْسِنُوْنَ اَيْنَمَا ثُقِفُوْا أُخِذُوْا وَقُتِّلُوْا تَقْتِيْلاً.
“Engkau adalah seorang pemimpin yang diberkati. Laknat Allah atas orang yang kufur. Sesungguhnya kau bersamamu di langit dan di bumi. Sesungguhnya kau bersamamu di dunia dan di Akhirat. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dimana saja mereka dijumpai, mereka ditangkap dan dibunuh sehebat-hebatnya”.
Bukti ini telah cukup untuk menetapkan kebathilan bahkan kekufuran ajaran Ahmadiyah. Selain ini, masih banyak lagi pernyataan-pernyataannya yang sangat terang sekali  menyimpang dari keyakinan umat islam, seperti pernyataan bahwa siti Maryam hamil sebab zina, ziarah ke Qadiyan setara dengan haji akbar, karena Qadiyan adalah salah satu dari tiga tempat (Makkah, Madinah dan Qadiyan) yang disucikan Allah.
Pada masa akhir hidup Nuruddin, Khalifah pertama sepeninggal Mirza Ghulam Ahmad, kelompok ini terpecah menjadi dua cabang, cabang Qadiyan dan cabang Lahore. Yang membedakan dari dua cabang ini adalah pengakuan Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi. Cabang Qadiyan meyakini Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi, sementara cabang lahore hanya mengakui al-Mahdi dan Al-Mujaddid. Kedua-duanya adalah sesat dan bathil.**  (Buku “ASWAJA” Ajaran, Faham & Akidah, Penulis: Muhib Aman Aly, hal: 50-54).

Sumber  http://buletinalfikrah.wordpress.com