Merindukan Allah SWT
Ketika malam telah larut, alam fikiranku melayang
mengembara kearah kegelapan malam, fikiranku menerawang kesebuah kuburan yang
kaku, gundukan tanah merah yang dingin, perut bumi yang menjadi kediamanku
kelak, didalamnya tak lain cacing dan serangga pemakan bangkai, tubuhku yang
tak mampu menepis binatang yang menggerogotiku dan menjadikan tubuhku sarang
dan tempat bertelur, alangkah tak berdayanya tubuh ini, sahabatku
meninggalkanku, anak istriku meninggalkanku, orangtuaku meninggalkanku, semua
orang yang kukenal melupakanku, mereka tak mau ikut mati bersamaku, mereka tak
mau tahu lagi apa yang menimpaku dikuburku, mereka tak mau walau hanya
menepiskan cacing yang menggerogoti tubuhku, mereka tak perduli lagi tubuhku
membusuk sedikit demi sedikit, hingga tubuhku hancur dan berbau, hingga tubuhku
menjadi tulang, lalu habis musnah menjadi tanah, kemana aku akan pergi, ruhku
akan melayang memenuhi panggilan Penciptaku.
Wahai Allah, tak ada selain Mu, Engkaulah yang
akan menepiskan semua serangga yang mendekati tubuhku, akan Kau jaga tubuhku
yang masuk dalam perut Bumi, Engkau mendengar jeritan hatiku yang merindukan
Mu, maka dengarlah Wahai yang menciptakan harapan, wahai yang menciptakan
segala kerinduan, wahai yang menciptakan keinginan untuk mengadu, kulontarkan
kalimat yang kini hampir memecahkan kalbuku, Aku tak mempunyai selain Mu untuk
mengadu, untuk menolong, untuk memberi, untuk diharapkan, untuk bergerak, untuk
bernafas, untuk berucap, untuk bersuara, untuk mendengar, untuk melihat, untuk
melangkah, untuk bergerak, untuk berfikir, untuk makan, untuk minum, untuk
tersenyum, untuk bergembira, untuk segala galanya, selain Mu, semua yang
kumiliki, dan yang tak kumilki adalah milik Mu, tubuhku milik Mu, makananku
milik Mu, semua yang kulihat milik Mu, semua yang kudengar Milik Mu, semua yang
kuuucapkan milik Mu, semua langkahku milik Mu, setiap nafasku milik Mu, setiap
detak jantungku milik Mu, perasaanku milik Mu, kerinduanku milik Mu, harapanku
milik Mu, kesedihanku milik Mu, kegembiraanku milik Mu, alangkah indahnya wahai
Rabb, Karena Engkau memilikiku, Engkau menggenggam diriku, Engkau mengaturku,
Engkau menjagaku, Engkau melindungiku, Engkau mengayomiku, Engkau melimpahkan
kelembutan Mu padaku, aku merindukan Mu wahai Allah, Engkau memanggilku agar
aku dekat kepada Mu wahai Allah.
Wahai yang menciptakan cinta kasih di seluruh
kalbu hamba Nya, Engkau menghendaki aku mencintai Mu wahai Allah, wahai yang
menciptakan lidah saling menyebut nama nama hamba Nya, Engkau menghendaki aku
menyebut nama Mu wahai Allah, wahai yang menciptakan segala yang indah,
keindahan yang terlihat dan yang tak terlihat, keindahan yang terdengar dan tak
terdengar, keindahan yang terucapkan dan tak terucapkan, keindahan yang terasa
dan tak dapat dirasa, keindahan yang diketahui dan yang tak diketahui,
keindahan yang tersaksikan dan yang tersembunyi, semua keindahan itu berasal
dari keindahan Mu wahai Allah, maka betapa indahnya Engkau, betapa lembutnya
Engkau.
Maka Wahai Pencipta Keindahan, Wahai Pencipta
Kelembutan, Wahai Pencipta Kasih sayang, sebagaimana Engkau perlihatkan
keindahan yang ada pada makhluk Mu, sebagaimana Engkau perlihatkan kelembutan
yang ada pada makhluk Mu, sebagaimana Engkau perlihatkan kasih sayang yang ada
pada makhluk Mu, maka perlihatkan padaku Keindahan Mu wahai Allah?, perlihatkan
kelembutan Mu wahai Allah.., perlihatkan kasih sayang Mu wahai Allah?, walau
hanya berupa harapan, walau hanya berupa sangkaan, walau hanya berupa khayalan,
walau hanya berupa kerinduan, walau hanya berupa keinginan, walau hanya berupa
airmata, walau hanya berupa pemberian, walau hanya berupa lamunan, walau hanya
berupa kemudahan, walau hanya berupa pertolongan, asalkan aku mengetahui bahwa
itu datang dari kelembutan Mu, datang dari kasih sayang Mu, datang dari keindahan
Mu, alangkah kecewa hamba yang hanya memiliki harapan, hamba yang hanya
memiliki khayalan, hamba yang hanya memiliki lamunan, hamba yang hanya memiliki
kerinduan, hamba yang hanya ingin dekat, hamba yang hanya mendambakan
kelembutan, hamba yang hanya mendambakan ayoman, hamba yang hanya mendambakan
kasih sayang, sedangkan modal semua harapanku hanyalah airmata, apakah ia harus
dikecewakan oleh yang Maha tak mengecewakan, alangkah hancur perasaannya kalau
kerinduannya ditolak oleh yang Maha tak menolak kerinduan, alangkah berkeping
kepingnya kecintaannya, bila keinginannya untuk dekat tertolak oleh yang Maha
tak menolak hamba Nya yang ingin dekat, itu semua tak ada pada dzat Mu, itu
semua tak ada dalam sifat Mu, itu semua tak ada pada perbuatan Mu, apalagi yang
membuatku tertolak sedangkan Engkau yang Maha menerima, apalagi yang membuatku
tersingkir sedangkan Engkau yang Maha merangkul, apalagi yang membuatku
terjauhkan, sedangkan Engkaulah yang maha mendekatkan, salahkah aku merindukan
Mu, sedangkan Engkaulah yang menciptakan kerinduanku pada Mu, salahkah aku
menginginkan dekat pada Mu, sedangkan Engkaulah yang menciptakan keinginanku
untuk dekat kepada Mu, salahkah aku merasa tenggelam dalam samudra Kelembutan
Mu, sedangkan Engkaulah yang menciptakan perasaa itu dihatiku.
Wahai Allah, wahai yang menamakan diri Nya Allah,
wahai yang menginginkan nama Nya dipanggil Allah, wahai yang menginginkan
lidahku memanggil Dzat Nya dengan panggilan Allah, wahai yang menginginkan aku
mengharapkan Nya dg mengingat nama Allah, wahai yang menciptakan lidahku
bergetar menyebut Nama Allah, wahai yang memberikan kemampuan pada jemariku
menuliskan nama Allah.., maka dengan kemauan Mu kusebut namamu Allah.., dengan
keinginan Mu kurindukan Engkau Allah.., dengan keinginan Mu aku ingin dekat
kepada Mu wahai Allah, salahkah aku berkeinginan, salahkah aku merindukan,
salahkah aku ingin dekat, sedangkan semua getaran kalbuku itu adalah keinginan
Mu wahai Allah, maka sebagaimana Kau jadikan cacing merangkak tanpa tangan dan
kaki, maka jadikan aku merangkak kepadamu tanpa hambatan, sebagaimana Kau
jadikan anjing najis bertasbih mensucikan Mu, maka jadikan aku pendosa hina
yang mendambakanmu, sebagaimana kaujadikan air mengalir menjadi beku, maka
jadikan harapanku mengalir kearah Mu dan membeku dipintu Mu, sebagaimana Kau
jadikan gunung batu menjadi debu, maka jadikan seluruh kesalahanku menjadi debu
dihadapan Keagungan Mu, sebagaimana Kau jadikan bumi perkasa terinjak injak,
maka jadikan hawa nafsuku terinjak injak kerinduanku kepada Mu, sebagaimana Kau
jadikan Raja berwibawa terkalahkan dan terhinakan, maka jadikan kesombonganku
terhinakan oleh kewibawaan Mu, sebagaimana kau jadikan sesuatu yang bergerak
menjadi diam, maka jadikan tubuhku yang bergerak berubah diam dari segala yang tak
Kau ridhai, sebagaimana kau jadikan semua yang ada menjadi fana, maka
jadikanlah gunung dosa ini fana dalam kelembutan Mu, sebagaimana kau jadikan
yang tak mungkin menjadi kepastian, maka Jadikan semua ketidak mungkinanku
untuk dekat menjadi janji kepastian.